Jangan Lupa di Like dan Comment ya Guys

Sedikit Mitos Tentang Gayo!!Entah bener atau gak???

Written By Shintha Putri Sella on Kamis, 15 Oktober 2015 | 08.45

LEMBIDE
DANAU Laut Tawar yang merupakan danau terluas yang berada dipedalaman bagian tengah wilayah profensi  Aceh, yaitu di Dataran Tinggi Tanoh Gayo, tepatnya berada dipinggiran sebelah timur Kota Takengon yang luasnya ± 5.817 ha. Biasanya laut pasti memiliki air yang rasanya Asin. Tapi lain dengan laut yang didanau ini. Lebih khusus danau ini posisinya berada dilembah yang dikelilingi oleh deretan pengunungan.
Danau yang terkenal memiliki pemandangan yang indah, juga memiliki legenda-legenda yang mewarnai keberadaan danau tersebut dalam kehidupan masyarakat yang berada diseputaran danau itu, seperti; cerita rakyat putri Pukes, putri Ijo, dan lain sebagainya. Walaupun legenda-legenda ituhanya dijadikan sekedar sebuah cerita pengantar menjelang tidur anak-anak (baca: turun baba-Istilah Gayonya) yang dibesarkan perkampungan yang berada diseputaran danau tersebut.
Dari sekian banyak cerita rakyat yang berkembang di seputaran danau tersebut adalah cerita “Lembide”. Cerita ini merupakan salah satu cerita yang secara tidak sadar mempengaruhi imeg masyarakat setempat, bila mendengar ada orang datang dari luar daerah hilang di danau terebut yang jasadnya agak lama baru diketemukan. Dengan serta-merta masyarakat langsung mengatakan “kadang nge imayi lembide” (mungkin sudah dibawa lembide). Dan dahulunya masyarakat yang hidup diseputaran danau itu meyakini, bila telah ada jatuh korban di danau itu. Maka kemarau panjang akan melanda daerah seputaran danau tersebut (baca:male musintak lo-bhs Gayo).
Asal muasal adanya atau berkembang cerita rakyat tentang Lembide ini, yaitu mengisahkan tentang seorang guru ngaji (baca: tengku-istlah Gayo) yang menyukai seorang janda dengan menggunakan kekuatan ilmu megic.
Konon menurut sebuah cerita yang berkembang dari mulut ke mulut. Dahulunya hiduplah seorang janda dengan seorang putranya di pinggiran danau tersebut tepatnya di wilayah sebelah barat danau Laut Tawar (wilayah Kota Takengon sekarang).
Sudah menjadi tradisi dalam lingkungan masyarakat Tanoh Gayo, bahwa seorang anak menjelang akhil baliq harus bisa membaca Al-Qur’an. Mungkin karena keterbatasan waktu dan ilmu tentang tajwid membaca Al-Qur’an yang dimiliki janda tersebut, maka anak semata wayangnya tersebut diserahkan kepada seorang tengku untuk diajarkan cara membaca Al-Qur’an. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan sehabis sholat magrib di sebuah surau (mersah-Istilah Gayo ) yang berada diseputaran danau tersebut.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Anak janda tersebut terus menjalankan aktivitas rutinnya belajar membaca Al-Qur’an (baca:mengaji-Istilah Gayo ) dengan tengku itu. Hati manusia memang tidak bisa kita ketahui. Tengku yang mengajar anak  janda tersebut sebut memiliki rasa suka terhadap Ine (baca:Sebutan untuk ibu dalam bahasa Gayo ) anak didiknya itu. Tapi sayang, rasa suka tersebut terlalu berlebihan dengan menggunakan kekuatan ilmu gaib.
Pada suatu hari, tengku itu menyuruh anak didiknya tersebut untuk nanti membawakan sehelai rambut Ine-nya. Dengan rasa lugu dan polos, anak tersebut menceritakan atau menyampaikan perintah tengkunya tersebut kepada Ine-nya.
Ketika mendengar cerita anaknya. Muncul firasat yang tidak enak dihati janda tersebut. Dan janda tersebut mengetahui maksud dibalik perintah tengku anaknya itu. Tapi, dengan bijaknya janda tersebut mengatakan iya, besok ine akan usahakan kamu untuk  membawa rambut ine untuk diserahkan kepada tengku itu.
Agar tidak mengecewakan hati anaknya. Kebetulan ada seorang tetangganya yang baru mengadakan hajatan (baca: perkawinan anaknya) dengan menyembelih seekor kerbau, yang mana kulit kerbau itu lagi dijemur tetangga itu dipekarangan rumahnya, termasuk ekornya yang masih utuh melekat dengan rambut  yang ada diujung ekor kerbau itu
Melihat ekor kerbau yang lagi dijemur tersebut, muncul ide Janda muda itu untuk menggambil sehelai rambut yang ada diekor kerbau yang sedang dijemur itu. Dan janda tersebut langsung mengambil sehela bulu dari ekor kerbau yang lagi dijemur itu dan menyerahkan kepada anaknya untuk diserahkan kepada tengkunya, seperti yang yang dipesankan oleh tengku tersebut. Bunda anak itu ingin sedikit memberikan pelajaran kepada tengku anaknya.
Dengan perasan senang anak tersebut menyerahkan sehelai rambut yang diyakini itu sebagai rambut bundanya kepada tengkunya sesuai dengan pesan tengkunya. Dengan hati yang berbinar-binar tengku tersebut menerimanya. Sambil tersenyum diapun mengucapkan terima kasih.
Ditengah kesunyian malam, tengku itu pun melakukan keinginannya untuk memikat hati janda muda itu dengan membaca mantera untuk sehelai rambut tersebut. “Wahai roh yang memiliki sehelai rambut ini. Datanglah kepada ku dengan penuh rasa cinta“. Hal ini dia lakukan berulang-ulang kali untuk memanggil roh pemiliki sehelai rambut tersebut. Singkat cerita, bukan janda tersebut yang datang. Tapi, gulungan kulit kerbau yang datang menghampirinya.
Dengan ketakutan, tengku itu bangun dari duduknya dan lari terbirit-birit menuju kearah seputaran pinggiran danau. Gulungan kulit kerbau tersebut terus mengikutinya sambil menggeluarkan kata-kata, ‘wo tengku palis sigere mubeteh diri (wahai tengku jahanaman yang tidak tahu diri). Akhirnya kulit kerbau tersebut berhasil menerkan dan menggulung tubuh tengku tersebut dan terhempas jatuh kedalam danau tersebut. Singkat cerita,  tubuh tengku yang digulung kulit kerbau itu diyakini masyarakat yang hidup di seputaran danau itu menjelma menjadi sebuah bintang yang disebut masyarakat yang hidup diseputaran danau tersebut dengan sebutan “Lembide”.
Bintang ini setiap tahunnya meminta tumbal (baca: korban). Dan biasanya bila telah ada korban yang meninggal di danau tersebut dengan kondisi tubuh lembam biru yang ditemukan didasar danau itu dengan posisi terjepit tersangkut dibebatuan, maka masyarakat meyakini bahwa itu karena dibawa gulungan Lembide.
Tapi, ada sebahagian pendapat mengatakan, bahwa Lembede itu merupakan kumpulan plankton-plonkton yang hidup di dalam danau itu. Kumpulan planton-planton  itu bila bergerak bergulung-gulungmembentuk seperti tempikar. Maka bila ada sebuah benda yang menghadangnya (baca: menyentuhnya) maka plankton-plankton tersebut akan menariknya kedasar danau tersebut. Wallahualam….(madin73[at]ymail.com)
Blog, Updated at: 08.45

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Posts

Twitter

Alexa Rank

Fans Page Facebook

Diberdayakan oleh Blogger.

Pageview

Translate

Winnie The Pooh Bear Winnie The Pooh Bear

Footer 3